Rabu, 21 Agustus 2013

Indonesia (harusnya) Bisa !

Banyak masyarakat Indonesia yang hopeless liat keadaan Indonesia sekarang. Gimana enggak, di media banyak berita pemerintah korupsi, pembunuhan di mana-mana, terorisme, skandal seks, dan masih banyak bad news lainnya. Yah, degradasi moral memang sudah terjadi di mana-mana. Intinya, kejelekan bangsa kita jika disebutkan satu per satu gak akan habis !

Kalo prinsip media sekarang, bad news is a good news. Semakin jelek yang diberitakan, semakin tertarik para pemirsa maupun pembacanya. Aneh ya ? Kalau keadaannya sudah begini, optimisme terhadap bangsa Indonesia semakin berkurang. Rakyat Indonesia semakin gak percaya dengan negaranya sendiri. Bukannya memakai produk asli Indonesia, malah bangga menggunakan produk impor, bukannya memakai budaya Indonesia, malah memuja-muja budaya luar negeri. Miris! Kalau sudah begini, gimana Indonesia maju ? Lha wong masyarakatnya udah "males" duluan sama Indonesia.

Yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah optimisme dan kontribusi, bukan cemoohan maupun hujatan. Daripada menyalahkan kegelapan, lebih baik kita menyalakan lilin. Betul ? Nah, inilah tugas kita untuk memberi kontribusi yang nyata. Lalu seperti apa kontribusi nyata itu ? Sebetulnya mudah kok. Jalankan saja peran kita di Indonesia sebaik mungkin. Untuk siswa sekolah silakan belajar yang rajin, hormati orang tua, mengikuti organsisasi, dan sebagainya. Untuk mahasiswa, bisa dengan kuliah yang baik, ikuti organisasi maupun kegiatan-kegiatan positif lainnya. Kalau semua masyarakat Indonesia bisa menjalankan perannya dengan sebaik mungkin, tidak mustahil Indonesia bisa menjadi negara maju. Betul ?

Jangan lupa, saat ini Indonesia juga memiliki putra-putri bangsa yang sangat hebat dan membanggakan, lho. Sebut saja pak Jokowi yang sudah menata kota Solo dengan ciamik dan kota Jakarta yang saat ini sudah mulai kelihatan progressnya. Ada juga bu Tri Rismaharini, walikota Surabaya yang saat ini sudah menjadi kota yang sangat bersih. Lalu ada juga beberapa atlet bulutangkis Indonesia menjuarai event bulutangkis internasional. Di kalangan mahasiswa pun juga banyak. Ada tim Bima Sakti UGM yang mewakili Indonesia di kompetisi mobil di Jepang, ada aktivis-aktivis BEM yang memperjuangkan rakyat Indonesia, ada aktivis organisasi mahasiswa yang sangat kreatif dengan kegiatan-kegiatan positifnya, ada mahasiswa yang berbisnis dan membuka lapangan kerja.

Dari itu semua, kita sekarang tahu ternyata masih banyak orang potensial yang ada di Indonesia serta mau untuk memajukan Indonesia. Jadi, buat kalian yang masih pesimis dengan kemajuan Indonesia, coba dipikir lagi deh :)

Jumat, 16 Agustus 2013

A Lesson, An Experience

Sebenernya ini tugas kepemanduan, tapi boleh deh di-share di sini. Ini tentang dua tahun saya kuliah di JTETI UGM. Semoga bermanfaat ^^

 Motivasi Hidup

Sejujurnya saya mulai mengenal tentang motivasi hidup saat saya berada di kelas 3 SMA. Saat itu sekolah saya sering mengadakan diskusi mengenai sukses UN, sukses SNMPTN, masa depan, dunia perkuliahan, dan lain sebagainya. Nah, sejak saat itu, saya baru berpikir, hidup saya sebenarnya mau dibawa ke mana sih ? Masa depan saya beberapa tahun lagi seperti apa ? Saya saat itu hanya berkhayal kalau suatu saat nanti saya bisa menjadi orang yang sukses, dipandang oleh orang-orang, dan lain sebagainya. Padahal sejujurnya saya sendiri saat itu tidak bisa mendifinisikan sukses tersebut. Entah menjadi pengusaha, pekerja kantoran, pemimpin daerah, dan lain sebagainya.
Tiba saatnya saya harus menentukan kelanjutan masa studi saya. Saya berpikir bahwa sebaiknya saya mengambil program studi teknik elektro. Saya teringat cerita ibu saya yang mengatakan bahwa anak teman ibu saya diterima di teknik elektro UGM. Kata ibu saya, elektro UGM itu bagus. Lalu pada kesempatan lain, saya pernah bertemu teman saya yang sehobi: pecinta kereta api. Dia bercerita bahwa di PT KAI, lowongan kerja untuk sarjana teknik elektro cukup besar. Dari dua cerita tersebut, saya semakin mantap untuk memilih teknik elektro.
Lalu saya berdiskusi dengan kedua orang tua saya. Sebenarnya kedua orang tua saya –keduanya berprofesi sebagai dokter- lebih memilih saya untuk berkuliah di program studi kedokteran agar saya bisa meneruskan perjuangan orang tua saya. Namun kami melihat bahwa nilai-nilai uji coba SNMPTN yang pernah saya kerjakan masih kurang untuk diterima di kedokteran. Akhirnya kami memutuskan untuk mendaftar di teknik elektro. Alhamdulillah, melalui jalur SNMPTN tulis, saya diterima di teknik elektro UGM.
Akhirnya saya merasakan kuliah. Hari demi hari saya jalani di teknik elektro bersama anak-anak teknologi informasi karena dua jurusan tersebut tergabung dalam jurusan JTETI. Lama kelamaan saya merasa kesulitan untuk berkuliah di sini. Saya kesulitan memahami ilmu-ilmu yang diberikan oleh dosen. Kesulitan demi kesulitan muncul hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti kembali SNMPTN 2013. Pada saat itu saya merasa bahwa saya tidak cocok di teknik elektro. Namun, saat pengumuman SNMPTN 2013, saya tidak diterima. Saat itu saya mendaftar program studi kedokteran umum. Saya dengan orang tua saya berdiskusi lagi mengenai hal itu. Kami pun bersepakat bahwa jalan hidup saya adalah di teknik elektro UGM.
Satu pelajaran berharga dari kejadian tersebut adalah bahwa mengetahui hal-hal yang akan dipelajari sebelum memilih program studi adalah penting dan wajib. Harus diakui, motivasi saya memilih program studi teknik elektro saat itu adalah karena teknik elektro bergengsi dan lowongan kerja untuk sarjana teknik elektro sangat banyak. Dengan motivasi seperti itu, sulit rasanya untuk terus bertahan menghadapi kesulitan di teknik elektro. Namun kedua orang tua saya mengatakan bahwa teknik elektro lah jalan hidup saya dan saya harus menjalaninya dengan maksimal. Lama kelamaan, saya bisa menerima hal tersebut. Saya kembali bersemangat untuk berkuliah di teknik elektro. Saya meyakini bahwa saya akan mendapat manfaat yang banyak di sini. Mungkin nilai saya tidak begitu bagus, namun setidaknya ada peningkatan dibandingkan dengan sebelumnya.

Selama saya menjadi mahasiswa, saya sering mengikuti seminar-seminar yang berhubungan dengan self improvement maupun entrepreneurship. Salah satu hal penting yang telah saya dapatkan dari seminar-seminar tersebut adalah kita harus mempunyai tujuan yang jelas dalam menjalani hidup. Dari kasus yang telah saya sampaikan sebelumnya, sangat terlihat bahwa saya belum memiliki tujuan yang jelas saat memilih untuk berkuliah di teknik elektro. Hasilnya, saya menjadi tidak semangat kuliah. Itulah akibat dari tidak memiliki tujuan yang jelas. Jika saya mempunyai tujuan yang jelas, mestinya saya menjalani kuliah dengan penuh semangat agar tujuan tersebut dapat tercapai.
Maka, ketika saya mulai memasuki semester 3, saya segera membuat tujuan-tujuan hidup secara jelas. Tentu saja, membuat tujuan hidup tidak semudah yang kita bayangkan. Kita harus memahami apa saja yang terjadi di lingkungan kita, harus sesuai dengan passion kita, dan lain sebagainya. Menurut saya, tujuan hidup haruslah relevan dengan kemampuan dan keadaan lingkungan kita.
Saya telah menentukan tujuan hidup saya, yaitu menjadi seseorang yang memiliki value yang baik. Kelak, saya ingin menjadi kepala keluarga yang baik, bisa menafkahi keluarga dengan lancar, hubungan dengan keluarga, rekan kerja, tetangga, maupun lingkungan dapat dijalani dengan harmonis, bisa mendidik anak-anak dengan baik, hidup serba berkecukupan, dan tentunya yang paling penting adalah Tuhan ridho. Itulah tujuan hidup saya. Dengan mengingat tujuan itu, saya menjadi lebih bersemangat dalam menjalani hidup.
Namun, apakah tujuan hidup tersebut sudah cukup ? Belum. Teman saya menyarankan agar saya membuat target-target jangka pendek, seperti target lulus empat tahun, target IP di atas 3, dapat mengasah soft skill dengan mengikuti organisasi/kepanitiaan, dan lain sebagainya. Semakin jelas lah tujuan hidup saya. Langkah-langkah yang ditempuh untuk meraih tujuan tersebut menjadi lebih jelas.

Saya meyakini bahwa hard skills yang telah saya dapat di bangku kuliah tidaklah cukup untuk mencapai tujuan hidup saya. Saya juga harus melatih soft skills seperti manajemen waktu, manajemen organisasi, tanggung jawab, inisiatif, pemecahan masalah, semangat kerja, integritas, dan sebagainya. Bagi saya, soft skills lah yang akan mengiringi kita menuju kesuksesan. Saya sering mendengar keluhan-keluhan dari para petinggi perusahaan besar bahwa banyak sekali fresh graduate yang memiliki hard skills yang mumpuni, namun tidak dibarengi soft skills yang cukup baik. Sangat disayangkan bukan? Maka dari itu, melatih soft skills di bangku kuliah merupakan hal yang sangat dianjurkan.
Saya berlatih soft skills dengan berbagai kegiatan di luar perkuliahan seperti berorganisasi, mengikuti kepanitiaan, maupun berbisnis. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan dari kegiatan-kegiatan tersebut. Saya bisa berlatih untuk berbicara di depan umum, mengatur kepanitiaan maupun organisasi, melayani maupun menghormati, memecahkan masalah bersama teman-teman, dan masih banyak lagi. Dan yang lebih penting lagi adalah, saya bisa bertemu dengan orang-orang hebat sekaligus bisa memberi inspirasi bagi saya. Hal-hal tersebut merupakan pengalaman luar biasa untuk saya. Saya sangat menyadari bahwa kemampuan-kemampuan tersebut sangat dibutuhkan ketika saya berada di dunia nyata nanti.


Kesimpulannya adalah, ketika kita mempunyai tujuan yang jelas, maka kita akan menjadi lebih bersemangat dan gigih dalam meraih tujuan tersebut. Namun jika kita tidak mempunyai tujuan yang jelas, maka kita menjadi kurang bersemangat dalam meraih tujuan.