Sebenernya ini tugas kepemanduan, tapi boleh deh di-share di sini. Ini tentang dua tahun saya kuliah di JTETI UGM. Semoga bermanfaat ^^
Motivasi Hidup
Sejujurnya saya mulai mengenal tentang motivasi hidup saat saya berada
di kelas 3 SMA. Saat itu sekolah saya sering mengadakan diskusi mengenai sukses
UN, sukses SNMPTN, masa depan, dunia perkuliahan, dan lain sebagainya. Nah,
sejak saat itu, saya baru berpikir, hidup saya sebenarnya mau dibawa ke mana
sih ? Masa depan saya beberapa tahun lagi seperti apa ? Saya saat itu hanya
berkhayal kalau suatu saat nanti saya bisa menjadi orang yang sukses, dipandang
oleh orang-orang, dan lain sebagainya. Padahal sejujurnya saya sendiri saat itu
tidak bisa mendifinisikan sukses tersebut. Entah menjadi pengusaha, pekerja
kantoran, pemimpin daerah, dan lain sebagainya.
Tiba saatnya saya harus menentukan kelanjutan masa studi saya. Saya
berpikir bahwa sebaiknya saya mengambil program studi teknik elektro. Saya
teringat cerita ibu saya yang mengatakan bahwa anak teman ibu saya diterima di
teknik elektro UGM. Kata ibu saya, elektro UGM itu bagus. Lalu pada kesempatan
lain, saya pernah bertemu teman saya yang sehobi: pecinta kereta api. Dia
bercerita bahwa di PT KAI, lowongan kerja untuk sarjana teknik elektro cukup
besar. Dari dua cerita tersebut, saya semakin mantap untuk memilih teknik
elektro.
Lalu saya berdiskusi dengan kedua orang tua saya. Sebenarnya kedua
orang tua saya –keduanya berprofesi sebagai dokter- lebih memilih saya untuk
berkuliah di program studi kedokteran agar saya bisa meneruskan perjuangan
orang tua saya. Namun kami melihat bahwa nilai-nilai uji coba SNMPTN yang
pernah saya kerjakan masih kurang untuk diterima di kedokteran. Akhirnya kami
memutuskan untuk mendaftar di teknik elektro. Alhamdulillah, melalui jalur
SNMPTN tulis, saya diterima di teknik elektro UGM.
Akhirnya saya merasakan kuliah. Hari demi hari saya jalani di teknik
elektro bersama anak-anak teknologi informasi karena dua jurusan tersebut
tergabung dalam jurusan JTETI. Lama kelamaan saya merasa kesulitan untuk
berkuliah di sini. Saya kesulitan memahami ilmu-ilmu yang diberikan oleh dosen.
Kesulitan demi kesulitan muncul hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti
kembali SNMPTN 2013. Pada saat itu saya merasa bahwa saya tidak cocok di teknik
elektro. Namun, saat pengumuman SNMPTN 2013, saya tidak diterima. Saat itu saya
mendaftar program studi kedokteran umum. Saya dengan orang tua saya berdiskusi
lagi mengenai hal itu. Kami pun bersepakat bahwa jalan hidup saya adalah di
teknik elektro UGM.
Satu pelajaran berharga dari kejadian
tersebut adalah bahwa mengetahui hal-hal yang akan dipelajari sebelum memilih
program studi adalah penting dan wajib. Harus diakui, motivasi saya memilih
program studi teknik elektro saat itu adalah karena teknik elektro bergengsi
dan lowongan kerja untuk sarjana teknik elektro sangat banyak. Dengan motivasi
seperti itu, sulit rasanya untuk terus bertahan menghadapi kesulitan di teknik
elektro. Namun kedua orang tua saya mengatakan bahwa teknik elektro lah jalan
hidup saya dan saya harus menjalaninya dengan maksimal. Lama kelamaan, saya
bisa menerima hal tersebut. Saya kembali bersemangat untuk berkuliah di teknik
elektro. Saya meyakini bahwa saya akan mendapat manfaat yang banyak di sini.
Mungkin nilai saya tidak begitu bagus, namun setidaknya ada peningkatan
dibandingkan dengan sebelumnya.
Selama saya menjadi mahasiswa, saya sering mengikuti seminar-seminar
yang berhubungan dengan self improvement maupun
entrepreneurship. Salah satu hal
penting yang telah saya dapatkan dari seminar-seminar tersebut adalah kita
harus mempunyai tujuan yang jelas dalam menjalani hidup. Dari kasus yang telah
saya sampaikan sebelumnya, sangat terlihat bahwa saya belum memiliki tujuan
yang jelas saat memilih untuk berkuliah di teknik elektro. Hasilnya, saya
menjadi tidak semangat kuliah. Itulah akibat dari tidak memiliki tujuan yang
jelas. Jika saya mempunyai tujuan yang jelas, mestinya saya menjalani kuliah
dengan penuh semangat agar tujuan tersebut dapat tercapai.
Maka, ketika saya mulai memasuki semester 3, saya segera membuat
tujuan-tujuan hidup secara jelas. Tentu saja, membuat tujuan hidup tidak
semudah yang kita bayangkan. Kita harus memahami apa saja yang terjadi di
lingkungan kita, harus sesuai dengan passion
kita, dan lain sebagainya. Menurut saya, tujuan hidup haruslah relevan dengan
kemampuan dan keadaan lingkungan kita.
Saya telah menentukan tujuan hidup saya, yaitu menjadi seseorang yang
memiliki value yang baik. Kelak, saya
ingin menjadi kepala keluarga yang baik, bisa menafkahi keluarga dengan lancar,
hubungan dengan keluarga, rekan kerja, tetangga, maupun lingkungan dapat
dijalani dengan harmonis, bisa mendidik anak-anak dengan baik, hidup serba
berkecukupan, dan tentunya yang paling penting adalah Tuhan ridho. Itulah
tujuan hidup saya. Dengan mengingat tujuan itu, saya menjadi lebih bersemangat
dalam menjalani hidup.
Namun, apakah tujuan hidup tersebut sudah
cukup ? Belum. Teman saya menyarankan agar saya membuat target-target jangka
pendek, seperti target lulus empat tahun, target IP di atas 3, dapat mengasah
soft skill dengan mengikuti organisasi/kepanitiaan, dan lain sebagainya.
Semakin jelas lah tujuan hidup saya. Langkah-langkah yang ditempuh untuk meraih
tujuan tersebut menjadi lebih jelas.
Saya meyakini bahwa hard skills yang
telah saya dapat di bangku kuliah tidaklah cukup untuk mencapai tujuan hidup
saya. Saya juga harus melatih soft skills
seperti manajemen waktu, manajemen organisasi, tanggung jawab, inisiatif, pemecahan
masalah, semangat kerja, integritas, dan sebagainya. Bagi saya, soft skills lah yang akan mengiringi
kita menuju kesuksesan. Saya sering mendengar keluhan-keluhan dari para
petinggi perusahaan besar bahwa banyak sekali fresh graduate yang memiliki hard
skills yang mumpuni, namun tidak dibarengi soft skills yang cukup baik. Sangat disayangkan bukan? Maka dari
itu, melatih soft skills di bangku
kuliah merupakan hal yang sangat dianjurkan.
Saya berlatih soft skills
dengan berbagai kegiatan di luar perkuliahan seperti berorganisasi, mengikuti
kepanitiaan, maupun berbisnis. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan dari
kegiatan-kegiatan tersebut. Saya bisa berlatih untuk berbicara di depan umum,
mengatur kepanitiaan maupun organisasi, melayani maupun menghormati, memecahkan
masalah bersama teman-teman, dan masih banyak lagi. Dan yang lebih penting lagi
adalah, saya bisa bertemu dengan orang-orang hebat sekaligus bisa memberi
inspirasi bagi saya. Hal-hal tersebut merupakan pengalaman luar biasa untuk
saya. Saya sangat menyadari bahwa kemampuan-kemampuan tersebut sangat
dibutuhkan ketika saya berada di dunia nyata nanti.
Kesimpulannya adalah, ketika kita mempunyai tujuan yang jelas, maka
kita akan menjadi lebih bersemangat dan gigih dalam meraih tujuan tersebut.
Namun jika kita tidak mempunyai tujuan yang jelas, maka kita menjadi kurang
bersemangat dalam meraih tujuan.